Namaku
sheina, aku terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, tetapi aku tak pernah
merasakan kekurangan itu, karna ada ayah yang selalu menjadi penopang hidupku
untuk melawan dunia ini..
Dari
kecil aku telah di tinggalkan oleh ibu ku, ia pergi bersama lelaki kaya raya
yang mampu memuaskan hasrat duniawinya, sejak kecil ayah yang selalu merawat ku
hingga sekarang aku beranjak dewasa, tak pernah ibu menanyakan kabar ku,
tentang ku, bahkan pendidikan ku. Dengan mudah ia melupakan ku, ayah dan
semuanya hanya demi kekayaan semata. Dan mulai saat itu aku membenci IBU..
“Apa
pentingnya ibu? Mengapa semua teman-temanku begitu membanggakan ibunya? Bukan
kah ibu hanya bisa melahirkan kita dan mencampakkan kita begitu saja, itu lah
ibu, ibu tak punya hati, dengan mudah ia melahirkan kita lalu ia abaikan kita
seorang diri di bumi ini.. ibu itu BANGSAT!!”
“sheina
apa yang kau katakan nak?”
“kenapa
semua teman-teman sheina mempunyai ibu yang baik yah, sedangkan sheina tidak
mempunyai ibu seperti mereka, kenapa yah..?” teriakkan ku mampu menggemakan
seisi rumahku yang terlampau hampa dan kosong tanpa pernak pernik yang mewah di
dalamnya..
“sheina..
jangan salahkan ibu mu, salahkan lah ayah yang tak bisa membahagiakan ibumu dan
dirimu”
“sheina
bahagia hidup bersama ayah, tetapi mengapa ibu tidak? Mengapa ibu lebih memilih
untuk meninggalkan kita?”
“nak..
sudah lah suatu saat kau akan mengerti, mengapa ibu meninggalkan kita”
Ayah
memelukku dengan erat, sampai detik ini hanya pelukkan ibu yang ingin ku rasakan,
tapi itu semua mustahil, entah sampai kapan aku akan merasakan damainya pelukan
ibu seperti yang di katakan teman-temanku..
**
Hari
ini, hari yang sangat membuat hati ku
tak tenang, jantung ku berdegup sangat cepat, tak henti-hentinya aku berdoa kepada
TUHAN,
“TUHAN aku mohon buatlah ayah ku bangga atas
prestasiku”..
Sheina..sheina..dari
jauh aku mendengar jeritan ayahku yang memanggil namaku, dengan segera aku
keluar dari rumah dan mengejar ayah..
“alhamdulillah
nak.. kamu lulus.. dan pihak sekolah juga mengumumkan bahwa anak ayah yang
cantik ini juga lulus di perguruan tinggi negri, kamu lulus nak di universitas
yang kamu inginkan, kamu lulus dengan jalur tanpa tes, ayah sangat bangga sama
kamu”
Terpancar
kebahagiaan dari raut wajah ayah, aku tak pernah melihat ayah sebahagia ini,
TUHAN terimakasih untuk anugrah dan karuni yang eng-KAU beri untuk ku dan ayah
ku..
“ayah..
sepertinya sheina tidak mengambil jalur itu, sheina ingin kerja saja membantu
ayah, sheina tak ingin kuliah ayah” dengan segera ayah melihat kecewa
kepadaku..
“kenapa
nak, kenapa? Bukan kah ini yang kamu inginkan dari dulu? Kenapa kau
menyia-nyiakannya”
“kuliah
memakai biaya yah, sheina takut putus dijalan”
“sheina..
kita memang orang yang tak punya, dan ayah juga hanya seorang pedagang bakso
keliling, tapi ayah yakin semua pasti ada jalan, untuk biaya awal mu ayah bisa
menjual sepeda motor kita, semua akan ayah usahai demi kamu nak”
Ayah
terlihat begitu semangat, aku tak akan membuatnya kecewa, aku akan
bersungguh-sungguh demi kebahagiaannya..
Sepeda
motor kesayangan ayah pun sudah terjual, uang yang di kumpulkan ayah juga sudah
cukup untuk biaya awal aku kuliah, sisanya dipakai ayah untuk mencari tempat
tinggalku selama aku berada di kota.
Aku
pun pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ku,walaupun aku tak tega
meninggalkan ayah sendiri disini, tapi aku berjajnji aku kan kembali ketika aku
sudah sukses nanti..
**
Ini
untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki ku di salah satu universitas negri
yang terkenal di kota medan, aku sama sekali tak pernah menduga bisa menjadi
salah satu mahasiswi di fakultas ini dan di jurusan yang sangat aku inginkan
yaitu etnomusikologi..
Cita-cita
ku yang ingin sekali menjadi musisi, akan ku raih dari sini, aku pasti kan
bersungguh-sungguh demi ayah..
Berawal
dari pahit yang ku rasakan, ternyata yang namanya kota itu kejam, tak ada satu
pun sahabat sejati, tak ada seharmonis yang ada di kampung, semuanya serba
acuh, menghiraukan satu sama lainnya.
Tapi
aku tak pernah mundur, aku terus maju di antara persaingan ketat yang ada..
**
Tak
terasa 3 tahun setengah aku berada disini, aku sudah mulai menyusun skripsi,
selama ini pun aku tak pernah bertemu dengan ayah, hampir 310 surat dari ayah
ku simpan dan ku baca di sela-sela waktu luang ku..
“ayah..
sebentar lagi sheina wisuda, sheina harap ayah bisa kesini, mendampingi sheina
di saat hari yang paling bahagia buat sheina, ayah disana baik-baik saja kan?
Sheina selalu menghawatirkan ayah, tapi shiena tak pernah lupa untuk selalu
mendoakan ayah.. ayah, doakan anakmu ya, semoga bisa sukses dan bisa bahagiain
ayah juga bisa naikin haji ayah..”
“sheina..
surat mu sudah sampai untuk ayah, ayah juga tak henti-hentinya berdoa untukmu,
agar sheina disana baik-baik saja dan di lancarkan dalam pendidikannya.. insya
ALLAH kalau ada rezeki ayah pasti akan hadir untuk sheina, tetap semangat ya
nak, niat baikmu pasti akan di dengar oleh ALLAH”..
Surat
terakhir ayah membuat ku semakin
semangat untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan pendidikan ku ini, dan hal
indah itu pun terwujud.. tak sampai 4 tahun aku sudah menyelesaikan S1 ku,
tepat tanggal 10 oktober 2012 aku pun resmi menjadi sarjana..
**
Pagi
ini ayah menelfon ku dari telfon umum, ayah akan segera berangkat dari kampung
untuk menghadiri wisuda ku, dengan hati yang teramat gembira aku pun
menuggu-nunggu kehadiran ayah..
Hampir
5 jam aku menunggu ayah,tapi ayah tak kunjung datang, semua acara telah selesai
penyerahan toga pun telah di lakukan, semua orang telah berfoto-foto dengan
keluarganya, tapi ayah.. entah dimana iya sekarang..
Sudah
pukul 15.00 wib, ayah juga tak hadir, rasa khawatir pun kian meradang, ayah.. dimana dirimu?
Tepat
pukul 16.00 hendphone ku berbunyi..
“selamat
siang, dengan ibu sheina saya berbicara?”
“iya
pak dengan saya sendiri, maaf ini dengan siapa ya pak”
“saya
saksi atas kecelakaan bus yang dinaiki oleh orang tua anda, inalilahi wainna
ilahi rojiun Ayah anda telah tiada, nyawanya tak terselamatkan ketika beliau
sedang di bawa ke rumah sakit, sekarang ibu sheina bisa datang langsung ke rumah
sakit umum medan untuk menjemput jenazah ayah anda”
Pikiran
ku kacau, aku segera menjumpai ayah di rumah sakit, sesampai disana aku sudah
melihat wajah ayah yang tersenyum dalam raganya yang telah tiada.. air mataku
pun tak henti-hentinya menetes, ku persembahkan toga ku untuk mu ayah, semoga
kau melihatnya, aku yakin saat ini ayah pasti bangga melihatku dari surga..
***