Ini hari pertamaku
menginjakkan kaki di kota ini, ternyata MEDAN ini keras, “senggol anak MEDAN,
retak dada kau” itu lah selogan
masyarakat medan! Bagaikan mengantar nyawa aku berada di kota ini, namun inilah
pilihanku yang ingin melanjutkan
pendidikan di salah satu universitas yang terkenal di Medan, yaitu “UNIVERSITAS
SUMATRA UTARA (USU)”..
Setelah resmi di
umumkan menjadi mahasiswi USU jurusan
Manajemen Ekonomi, langsung segera ku tinggalkan kota kelahiranku Sumatra Barat
demi meraih kesuksesan, walaupun kedua orang tua ku berat melepasku, namun akan
ku yakinkan kepada mereka, bahwa aku bisa membawa kesuksesan jika aku kembali
ke kota ini. “itu janji ku”
Berawal
dari Kos 321
Disinilah tempat
tinggalku, untuk pertama kalinya aku merasakan jadi anak kos! Sakit, sedih,
tersiksa, mandiri, itu yang kurasakan, dan dalam waktu seminggu tak
henti-hentinya ibu ku menelfonku..
kring.. kring.. (seperti yang ku
katakan ibuku always menelfonku)
“assalamualaikum bu”
“wa’alaikum salam nak, gimana keadaanmu, sedang apa, baik-baik saja kan kamu
disana?”
“alhamdulilah rini baik-baik saja bu, ibu jangan khawatir rini bisa jaga diri
disini”
Bagaikan minum obat,
ibu ku rutin menelfonku setiap saat, rasa rindu pun mulai terasa disaat ibu
selalu menelfonku!
“telfon dari ibu kau
rin?”
“iya wen, ibu terlalu menghawatirkan saya, karna baru kali ini saya jauh dari
orang tua saya”
“hahaha, berarti anak manja kau ya? Sudahlah sampaikan pada ibumu, takkan mati
kau berada di Medan ini”
“ iya wen, terimakasih”
Weny Pratiwi Lubis
salah satu penghuni kos 321, kamar nya berpas-pasan di sebelah kamar ku. dia
masih warga Medan, jarak kampus dan rumahnya yang memakan waktu 3 jam,
membuatnya memutuskan menjadi anak kos.
Dia salah satu Mahasiswi di POLMED (POLITEKNIK NEGERI MEDAN) jurusan Adm.Niaga
dan anaknya sangat frontal. Sungguh
asing bahasa mereka, jantung ku terasa berdegup sangat cepat ketika mendengar
perbincangan mereka yang memakai bahasa “kau, lay, lek” yang tak pernah
sekalipun ku dengarkan di daerahku. Namun tak semuanya warga Medan yang
menggunakan bahasa keras seperti itu, contohnya teman sekamarku Fenny Yolanda
yang biasa di panggil Fenyol (singkatan
dari namanya) anaknya lemah lembut, baik dan ramah, dialah yang membuat ku berfikir bahwa masih ada anak
Medan yang memakai bahasa halus. Fenyol berasal dari kabupaten langkat provinsi
Sumatra Utara, yang mayoritas warganya Melayu. Jarak rumahnya dan kampus
memakan waktu 4 jam, dan karna itulah ia juga memutuskan untuk menjadi anak
kos. Suatu keberuntungan bagiku bisa sekamar dengannya, mahasiswi USU jurusan
sastra inggris ini sangat membantu ku dalam pelajaran bahasa inggris, maklum
saja otakku sangat lemah dalam pelajaran itu..
“kak rini, boleh pinjam
pena nya?”
“oh, tentu saja..”
“terimakasih kakak”
Yang satu ini namanya
Dha Dia Andari alias Dinda, nama yang unik yang pernah ku dengar di sepanjang
hidup ku, siswi SMKN 8 Medan ini, salah satu adik yang termuda di kos 321.
Sungguh nekat bagiku, usia semuda nya sanggup menerima resiko untuk jauh dari
orang tua. Cuma satu alasanya, ia memilih sekolah disini karna ingin menjadi
Cheff terkenal di korea *amin.. semoga saja impiannya terwujud.
Di kos ini aku juga
menemukan sosok wanita yang persis seperti ibuku, Kak Wely Astuti yang biasa di
panggil kak lewy kebalikan dari namanya, ia sama sepertiku anak perantauan yang
berasal dari RIAU. Disini ia merantau untuk bekerja disalah satu perusahaan
swasta di medan. Orang nya yang baik dan selalu mengerti membuatku betah dan
merasa dekat dengan ibuku.
“rira.. dimana
setrikaan ku kau letak?”
“di atas lemari wen”
Setiap malam di kosan
ini selalu ramai dengan teriakkan wenny yang pita suaranya terbuat dari speaker
muhasabah, selalu berbicara sangat kencang dengan teman sekamarnya Rira
Syahara, mereka sudah kenal sejak lama saat mereka berada di bangku SMA. Rira
salah satu mahasiswi USU jurusan Kesehatan Masyarakat dan anaknya sungguh
pembersih, karna jaraklah yang membuat nya
juga memutuskan untuk menjadi anak kos.
“weny.. rira.. bisakah
kalian diam sehari saja?”
Selanjutnya ada Kak
Dita alias Kak Didit, cewek tomboy yang baik hati ini selalu menjadi penengah
disaat keributan weny dan rira di setiap malamnya, entah kapan mulut weny bisa tertutup,
jawabannya disaat ia tidur..
“cekrekk”
Ups… ini dia yang
terakhir, kak Andien! Guru bahasa indonesia disalah satu SMK di medan ini
sangat ceria dan mempunyai hoby fotografer. Keinginan dan kenyataan sangat tak
sejalan dengan hidupnya. Cita-cita nya ingin menjadi seorang fotografer yang
handal namun takdir lah yang membawanya menjadi seorang guru tanpa tanda
jahasa..
Kehidupanku telah
berubah, semuanya serba sendiri, gak ada ibu, bapak, kak rehan, dan adik
kesayanganku syahla. Awalnya ini sungguh sulit dan menyebalkan. Namun setelah
ku jalani aku menemukan jati diriku di kos 321.
Keluarga
baru
Setiap harinya selalu
ada keluhan yang terjadi di kos 321, saling berbagi, selalu bersama, dan aku
mulai nyaman berada disini.
“gimana kuliahnya rin?”
“alhamdulillah lancar kak”
“tak ada yang aneh kan?”
“tidak ada kak ndin, hanya saja belum terbiasa dengan bahasa disini”
“lama kelamaan kau akan terbiasa rin, beberapa bulan kedepan kau bakalan
terikut bahasa disini”
“ iya kak..”
“gebrak” terdengar
suara weny yang membantingkan pintu gerbang kos-kosan.
“bah, kenapa nya kau wen,”
“pening kali kepalaku lihat senior-senior kampret itu”
“ apa yang mereka perbuat?”
“cocok gak kakak rasa, aku disuruhnya
makan wafer yang sudah di jilatnya, menjijikkan sekali”
“kenapa tak kau ludahkan saja wajahnya?”
“aku masih menghargai mereka”
“ayo kita datangin lagi mereka biar kakak pecahkan ginjalnya”
“kencingkan saja biji matanya kak,” (sahut rira)
“kau cuci saja lah piring itu ra, tak usah kau ikut campur masalahku”
“ah belagu sakalinya kau wen”
“hahahah…”
Perbincangan mereka
membuat satu kesimpulan bagiku, masyarakat medan tidak kasar melainkan mereka
mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi, pantas saja banyak simbol yang ku
pelajari dari kota ini salah satu nya, “ini Medan bung, tak senang ku matikan
kau”
Hahahah.. sungguh unik
sekali kota ini, seminggu dua minggu aku masih merasa takut berada disini, tapi
di minggu-minggu selanjutnya I LOVE MEDAN..
“hey semuanya.. sini
kumpul”
“ada apa kak lewy?”
“ini nyol, kakak bawa buah durian untuk kalian semua”
“aaaaa.. serbuuuuuuuuuu”
Keadaan semakin ramai,
ketika kak lewy membawa makanan, kebersamaan, keceriaan, menjadi satu di malam
ini. Namun keceriaan itu terhenti ketika dinda tak tampak di sekeliling..
“dinda mana?” (sahut
kak dita)
“dari tadi dia gak ada keluar kamar kak”
Dengan seketika, kak
dita meluncur ke kamar dinda, wajah dinda yang pucat membuat satu kosan menjadi
panik..
“andin, cepat ambilkan
kunci sepeda motor kakak di kamar”
“iya kak..”
Malam itu juga dinda di
bawa kerumah sakit, kak dita, kak andin, dan kak lewy yang menjaganya di sana.
Sedangkan kami yang berada di kosan mencemaskan keadaannya..
“kenapa kita tidak
menelfon orang tuanya?”
“selama masih bisa di atasi, orang tua tak perlu tau rin, nanti hanya menjadi
beban fikiran mereka”
“tapi nyol, bukan kah lebih baik orang tua dinda tau?”
“rini.. rini.. dia disini masih punya kita, selama kita masih mampu, kita lah
yang menjaganya, dia tanggung jawab kita”
Hatiku terdetak
mendengarkan itu semua, kini aku mengerti jiwa dan rasa kekeluargaan itu bukan
hanya terjadi di dalam keluarga inti saja, tetapi di lingkungan luar juga harus
ditanam rasa itu. Aku bahagia berada disini, dan aku telah menemukan keluarga
baru ku di kos 321..
Lika
liku anak kos
Tak terasa sudah hampir
setahun aku disini, keadaan kos semakin akrab setelah kejadian dinda sakit di
masa lampau. Tak terasa ini sudah awal bulan, saatnya ibu kos datang untuk
menagih uang kos..
321.. “bangunnnnnnn…
sudah awal bulan, waktunya bayar uang kos”
itulah teriakkan ibu kos, dan ini lah sejarahnya kosan ini di beri nama kos
321. Karna disetiap awal bulan, tepat jam 07.00 wib dalam hitungan mundur 321
terdengarlah suara ibu kos.
“uwaaaa.. mati aku
rin?”
“kenapa nyol?”
“uang kos sudah ku telap?”
Telap adalah bahasa
kota medan yang berarti uang tersebut sudah habis di pakainya untuk membelikan
barang atau hal-hal yang berhubungan dengan itu semua.
“pakai uang ku saja
dulu nyol”
“benarkah?”
“iya, aku masih ada sisa uang bulanan kok”
“terimakasih rini sayang”
“iya sama-sama”
“aaaaaaa ribut sekali
suara madam ini?” (teriak weny)
hahaha.. itu lah panggilan kami kepada ibu kos, suaranya yang cempreng mampu
mengalahkan suara weny yang sungguh cetar menggelegar..
“bangun..bangun…
saatnya bayar uang kos!”
“aihh mak tang, ribut sekalinya suara ibu, macam lari sajalah aku dari
kos-kosan ini”
“ah, jangan banyak omong, mana uang kos mu wen?”
“ini uang kos ku sama rira bu, sudah lah
hentikan suara teriakkanmu itu bu, mau pecah gendang telingaku”
“dasar anak jaman sekarang tak ada sopannya”
Satu demi persatu ia
menggedor kmar kami untuk menagih uang kos, namun ada satu yang selalu telat
membayar uang kos..
“aku minggu depan ya
bu?”
“aih dinda.. selalu saja kau seperti ini, kau kemanakan lagi uang nya?”
“semalam uang kos nya ku belikan untuk membeli beberapa dvd korea yang terbaru
bu, dan semuanya original. Masih ada
beberapa puluh dvd lagi yang belum ku tonton, jadi bersabarlah bu?”
“ahhhhh terserah kau lah”
Hahahah.. begitulah
dinda, tak bisa melihat uang yang berlebih, selalu saja di belikannya untuk
membeli dvd, poster, novel, dan semua yang berhubungan dengan korea pasti akan
di belinya..
Asmara
anak kos
Ngomongin soal asmara,
anak kos 321 mempunyai kisah asmara yang unik dan berbeda-beda..
berawal dari yang lebih tua kak lewy, LDR membuatnya tak henti memegang
handphond setiap saat..
“haloo mas, lagi
ngapain?”
“bla..bla..bla….”
“hahaha.. masa sih mas?”
‘bla..bla..bla…”
“ih jahat deh”
bla..bla..bla..”
begitulah percintaan
kak lewy setiap malam minggunya, jarak dari medan ke riau tak menggoyahkannya
untuk terus melanjutkan hubungan yang telah ia bina dengan tunangannya mas yogi
pratama..
next.. kak dita!
meskipun tomboy, namun setiap malam minggu ia selalu tampak feminim, 90 derajat
berubah total dari biasanya..
“kak dita.. bang alam udah nunggu di depan tu”
“iya ra.. bilang sama dia tunggu sebentar”
begitulah kegiatan rutin kak dita, dinner setiap malam minggu bersama bang alam
kekasih hatinya..
Dinda..
adik yang satu ini, selalu di depan laptop setiap malam minggu. Youtube kekasih
sejatinya. Hampir setiap malam iya selalu melihat video-video suju alias SUPER
JUNIOR idolanya..
“nanana sarangheo..
blalala…” ah entah apa lah yang ia ucapkan aku pun tidak mengerti. Jangan
pernah menganggunya ketika ia sedang di depan laptop, krna kemungkinan besar
centong nasi bisa melayang ke wajah kita.
Selanjutnya rira..
cewek pembersih harus di pasangkan dengan cowok pembersih juga bukan? Ya, ini
lah rira yang sangat beruntung memiliki kekasih mahasiswa Kedokteran yang
terbilang WOW! Setiap malam minggunya rira selalu di jemput dengan fortuner
hitam yang dimiliki Ahmed Fahrezi. Nasibnya sungguh baik mempunyai pacar calon
dokter, tajir dan ganteng.. *salut buat rira, hihihi…
“ahmed kok belum
datang?”
“ke supermarket sebentar dia wen”
“beli detol?”
“iya.. antiseptic ku habis”
Yah.. maklum saja,
sebelum makan mereka wajib memakai antiseptic, agar kuman-kuman di tangan
mereka mati, walaupun memakai sendok dan garpu, sungguh pasangan yang
higienis..
Lanjut ke fenyol..
hampir sama seperti dinda, setiap malam minggunya selalu di depan laptop,
*ups.. bukan untuk melihat youtube korea seperti dinda, melainkan skype bersama
kekasihnya yang jauh di kota NAD. “Ilham alkahfi” dialah kekasih fenyol yang sedang melaksanakan
pendidikan kepolisian di aceh. Dan jarak inilah yang membuat mereka selalu
rutin untuk skype-skype an setiap malam minggunya..
“sayang.. kangen, ih kamunya tambah jeyek”
“gak papa deh, yang penting kamu nya makin cantik”
Huh.. sungguh membuat
iri saja mereka !!
Selanjutnya wenny..
dari semua kisah percintaan yang ada di kos, dialah yang paling unik. Kekasihnya Dian Ramadhan sangat tunduk
padanya, bagaikan suami-suami takut isri, dian selalu menaati semua kemauan
weny, sungguh luar biasa!
“pokoknya aku gak mau
tau, malam ini kau ambilkan laundryan ku dulu baru kau ke kampus”
“tapi dosennya udah mau masuk sayang”
‘kalau gita kita putus saja, siapa suruh kau mengambil kuliah malam”
“iya sayang, aku ambilkan laundryan mu dulu”
Sungguh malang nasib
dian, tapi beginilah cinta, ada-ada saja tingkahnya di setiap insan yang
mempunyai rasa cinta di hati..
Yang terakhir Kak
andien..
kekasih sejati dalam hidupnya hanyalah kamera..” no boy , yes camera” hahah
itulah yang selalu iya katakan di setiap malam minggu.
“cekrak.. cekrek.. senyum dong rin”
“chirssssss”
Yah beginilah nasibku
yang jomblo, selalu menjadi objek dari pemotretan kak andien, tapi aku bahagia
dengan hidupku yang sekarang, meninggalnya kekasihku Arvi aldiansyah, ketika
aku masih duduk di bangku SMA, Membuat ku trauma untuk menjalani percintaan
kembali, tidak tau entah sampai kapan, namun aku masih bahagia dengan
kehidupanku yang sekarang..
Hampir setiap malam
minggu aku dan kak andien hunting di berbagai kota wisata yang terletak di
medan. Salah satunya Berastagi, Perapat (danau toba), Si gura-gura dan masih
banyak lagi. Bagi kami “single, very happy” hehehe..
Masa
depan anak kos 321
Tak terasa ini titik
akhir dari perjalananku dan mereka semua, hampir 4 tahun sudah aku berada di
kota ini, kota yang mengajariku arti hidup, mandiri, dan rasa kekeluargaan.
Kini tinggal aku, rira dan fenyol yang berjuang untuk meraih gelar S1 kami.
Bersama-sama menyusun skripsi membuat kami menjadi semangat untuk menargetkan
bulan oktober menjadi wisuda dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai kami
harapkan..
“target kita bulan
oktober menjadi seorang sarjana”
“amin nyol, itu yang ku harapkan..”
“kau balik ke Sumatra barat rin”
“sepertinya”
“aku pasti akan merindukanmu rin”
“pastinya nyol, aku juga pasti merindukanmu juga rira”
Keadaan kos menjadi
sepi, setelah pernikahan kak lewy setahun yang lalu, ia memutuskan untuk
mengangkatkan kakinya dari kosan ini, dan membangun keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warrahmah bersama mas yogi, begitu pula kak dita.. yang telah
menyusul kak lewy untuk menikah dengan
bang alam, dan hidup bahagia di kalimantan..
Satu persatu mereka
meninggalkan kosan ini, begitu juga dengan weny. Setelah mendapat gelar Amd. Ia
pun mendapat panggilan kerja di salah satu perusahaan swasta di daerah TAPSEL
(tapanuli selatan). Sedangkan dinda, sekarang ia berada di negara tetangga,
yaitu Malaysia. PKL(praktek kerja lapangan) yang ia lakukan di Malaysia,
membuatnya menjadi kebanggaan dari pihak sekolahnya, prestasi yang ia capai
dengan menciptakan kombinasi minuman antara ubi ungu dan lemon menjadikan
minuman juice violet yang sangat nikmat. Prestasi tersebut mendapat sorotan
tajam dari restoran tempat ia PKL, kini ia mendapatkan beasiswa di malaysia dan
menjadi cheff termuda di malaysia. Sungguh baik nasibnya. Hal yang sama juga di
rasakan oleh kak andien, hoby nya yang ingin sekali menjadi fotografer terkenal
kini telah ia capai. Ia meninggalkan profesinya sebagai guru dan mengikuti
pameran pemotretan. Sungguh mukzizat dari Tuhan, foto-fotonya banyak di minati
oleh pengamat foto-foto yang sangat fanatic. Kini ia menjadi fotografer yang
handal di Bali.
Kini hanya ada aku,
fenyol, dan rira yang tersisa.. meskipun ada anak baru yang ngekos di kos 321,
namun keadaannya tak seindah yang dulu, bahkan kami jarang untuk menegur sapa
kepada mereka.
Waktu begitu cepat
berlalu, dan waktu lah yang akan memisahkan kita semua, dan sekarang walaupun
kita telah berbeda tempat, namun ingatlah kita pernah menjadi satu di kos 321..
sekian