Sabtu, 15 Juni 2013

dear kamu "sayang"

sudah berapa malam minggu yang telah kita lewati..
sudah berapa kali aniv yang terlewatkan..
kamu tau?
tanpa kamu disini, semuanya telah berubah..

kamu disana,
aku disini,
tanpa ku tau apakah kau baik-baik saja
dan kau tak pernah tau tentang keadaanku sekarang

aku bangga karna prestasimu
tapi aku tak pernah bangga terhadap diriku
selalu terdiam
memikirkanmu tanpa jeda

sayang..
aku tau, kau pergi bukan karna kau tak mencintaiku
justru kau pergi untuk meraih kesuksesan mu di masa depan
untukmu juga untuk kita..

sayang..
ini sulit bagiku.
aku harus melakukan semuanya sendiri..
tanpa perhatian, kasih sayang, juga kabar darimu..

kapan semua ini berakhir?
aku ingin seperti dulu
saat kau disini
merangkulku dan aku sangat bahagia..

sayang..
di dalam doa ku, aku selalu menyebut nama mu..
dalam sujud ku, aku selalu berharap
kau dan aku dipertemukan di dalam mimpi indahku..

 sayang..
walaupun aku tak pernah tau kabar darimu,
percayalah..
disini, masih ada hati yang setia menunggumu..


Berbeda-beda tetap satu kos jua



Ini hari pertamaku menginjakkan kaki di kota ini, ternyata MEDAN ini keras, “senggol anak MEDAN, retak dada kau”  itu lah selogan masyarakat medan! Bagaikan mengantar nyawa aku berada di kota ini, namun inilah pilihanku yang ingin  melanjutkan pendidikan di salah satu universitas yang terkenal di Medan, yaitu “UNIVERSITAS SUMATRA UTARA (USU)”..
Setelah resmi di umumkan  menjadi mahasiswi USU jurusan Manajemen Ekonomi, langsung segera ku tinggalkan kota kelahiranku Sumatra Barat demi meraih kesuksesan, walaupun kedua orang tua ku berat melepasku, namun akan ku yakinkan kepada mereka, bahwa aku bisa membawa kesuksesan jika aku kembali ke kota ini. “itu janji ku”
Berawal dari Kos 321
Disinilah tempat tinggalku, untuk pertama kalinya aku merasakan jadi anak kos! Sakit, sedih, tersiksa, mandiri, itu yang kurasakan, dan dalam waktu seminggu tak henti-hentinya ibu ku menelfonku..
kring.. kring.. (seperti yang ku katakan ibuku always menelfonku)
“assalamualaikum bu”
“wa’alaikum salam nak, gimana keadaanmu, sedang apa, baik-baik saja kan kamu disana?”
“alhamdulilah rini baik-baik saja bu, ibu jangan khawatir rini bisa jaga diri disini”
Bagaikan minum obat, ibu ku rutin menelfonku setiap saat, rasa rindu pun mulai terasa disaat ibu selalu menelfonku!
“telfon dari ibu kau rin?”
“iya wen, ibu terlalu menghawatirkan saya, karna baru kali ini saya jauh dari orang tua saya”
“hahaha, berarti anak manja kau ya? Sudahlah sampaikan pada ibumu, takkan mati kau berada di Medan ini”
“ iya wen, terimakasih”
Weny Pratiwi Lubis salah satu penghuni kos 321, kamar nya berpas-pasan di sebelah kamar ku. dia masih warga Medan, jarak kampus dan rumahnya yang memakan waktu 3 jam, membuatnya  memutuskan menjadi anak kos. Dia salah satu Mahasiswi di POLMED (POLITEKNIK NEGERI MEDAN) jurusan Adm.Niaga dan anaknya sangat frontal.  Sungguh asing bahasa mereka, jantung ku terasa berdegup sangat cepat ketika mendengar perbincangan mereka yang memakai bahasa “kau, lay, lek” yang tak pernah sekalipun ku dengarkan di daerahku. Namun tak semuanya warga Medan yang menggunakan bahasa keras seperti itu, contohnya teman sekamarku Fenny Yolanda yang  biasa di panggil Fenyol (singkatan dari namanya) anaknya lemah lembut, baik dan ramah, dialah yang  membuat ku berfikir bahwa masih ada anak Medan yang memakai bahasa halus. Fenyol berasal dari kabupaten langkat provinsi Sumatra Utara, yang mayoritas warganya Melayu. Jarak rumahnya dan kampus memakan waktu 4 jam, dan karna itulah ia juga memutuskan untuk menjadi anak kos. Suatu keberuntungan bagiku bisa sekamar dengannya, mahasiswi USU jurusan sastra inggris ini sangat membantu ku dalam pelajaran bahasa inggris, maklum saja otakku sangat lemah dalam pelajaran itu..
“kak rini, boleh pinjam pena nya?”
“oh, tentu saja..”
“terimakasih kakak”
Yang satu ini namanya Dha Dia Andari alias Dinda, nama yang unik yang pernah ku dengar di sepanjang hidup ku, siswi SMKN 8 Medan ini, salah satu adik yang termuda di kos 321. Sungguh nekat bagiku, usia semuda nya sanggup menerima resiko untuk jauh dari orang tua. Cuma satu alasanya, ia memilih sekolah disini karna ingin menjadi Cheff terkenal di korea *amin.. semoga saja impiannya terwujud.
Di kos ini aku juga menemukan sosok wanita yang persis seperti ibuku, Kak Wely Astuti yang biasa di panggil kak lewy kebalikan dari namanya, ia sama sepertiku anak perantauan yang berasal dari RIAU. Disini ia merantau untuk bekerja disalah satu perusahaan swasta di medan. Orang nya yang baik dan selalu mengerti membuatku betah dan merasa dekat dengan ibuku.
“rira.. dimana setrikaan ku kau letak?”
“di atas lemari wen”
Setiap malam di kosan ini selalu ramai dengan teriakkan wenny yang pita suaranya terbuat dari speaker muhasabah, selalu berbicara sangat kencang dengan teman sekamarnya Rira Syahara, mereka sudah kenal sejak lama saat mereka berada di bangku SMA. Rira salah satu mahasiswi USU jurusan Kesehatan Masyarakat dan anaknya sungguh pembersih, karna jaraklah yang membuat nya  juga memutuskan untuk menjadi anak kos.
“weny.. rira.. bisakah kalian diam sehari saja?”
Selanjutnya ada Kak Dita alias Kak Didit, cewek tomboy yang baik hati ini selalu menjadi penengah disaat keributan weny dan rira di setiap malamnya,  entah kapan mulut weny bisa tertutup, jawabannya disaat ia tidur..
“cekrekk”
Ups… ini dia yang terakhir, kak Andien! Guru bahasa indonesia disalah satu SMK di medan ini sangat ceria dan mempunyai hoby fotografer. Keinginan dan kenyataan sangat tak sejalan dengan hidupnya. Cita-cita nya ingin menjadi seorang fotografer yang handal namun takdir lah yang membawanya menjadi seorang guru tanpa tanda jahasa..
Kehidupanku telah berubah, semuanya serba sendiri, gak ada ibu, bapak, kak rehan, dan adik kesayanganku syahla. Awalnya ini sungguh sulit dan menyebalkan. Namun setelah ku jalani aku menemukan jati diriku di kos 321.
Keluarga baru
Setiap harinya selalu ada keluhan yang terjadi di kos 321, saling berbagi, selalu bersama, dan aku mulai nyaman berada disini.
“gimana kuliahnya rin?”
“alhamdulillah lancar kak”
“tak ada yang aneh kan?”
“tidak ada kak ndin, hanya saja belum terbiasa dengan bahasa disini”
“lama kelamaan kau akan terbiasa rin, beberapa bulan kedepan kau bakalan terikut bahasa disini”
“ iya kak..”
“gebrak” terdengar suara weny yang membantingkan pintu gerbang kos-kosan.
“bah, kenapa nya kau wen,”
“pening kali kepalaku lihat senior-senior kampret itu”
“ apa yang mereka perbuat?”
“cocok gak kakak rasa, aku disuruhnya  makan wafer yang sudah di jilatnya, menjijikkan sekali”
“kenapa tak kau ludahkan saja wajahnya?”
“aku masih menghargai mereka”
“ayo kita datangin lagi mereka biar kakak pecahkan ginjalnya”
“kencingkan saja biji matanya kak,” (sahut rira)
“kau cuci saja lah piring itu ra, tak usah kau ikut campur masalahku”
“ah belagu sakalinya kau wen”
“hahahah…”
Perbincangan mereka membuat satu kesimpulan bagiku, masyarakat medan tidak kasar melainkan mereka mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi, pantas saja banyak simbol yang ku pelajari dari kota ini salah satu nya, “ini Medan bung, tak senang ku matikan kau”
Hahahah.. sungguh unik sekali kota ini, seminggu dua minggu aku masih merasa takut berada disini, tapi di minggu-minggu selanjutnya I LOVE MEDAN..
“hey semuanya.. sini kumpul”
“ada apa kak lewy?”
“ini nyol, kakak bawa buah durian untuk kalian semua”
“aaaaa.. serbuuuuuuuuuu”
Keadaan semakin ramai, ketika kak lewy membawa makanan, kebersamaan, keceriaan, menjadi satu di malam ini. Namun keceriaan itu terhenti ketika dinda tak tampak di sekeliling..
“dinda mana?” (sahut kak dita)
“dari tadi dia gak ada keluar kamar kak”
Dengan seketika, kak dita meluncur ke kamar dinda, wajah dinda yang pucat membuat satu kosan menjadi panik..
“andin, cepat ambilkan kunci sepeda motor kakak di kamar”
“iya kak..”
Malam itu juga dinda di bawa kerumah sakit, kak dita, kak andin, dan kak lewy yang menjaganya di sana. Sedangkan kami yang berada di kosan mencemaskan keadaannya..
“kenapa kita tidak menelfon orang tuanya?”
“selama masih bisa di atasi, orang tua tak perlu tau rin, nanti hanya menjadi beban fikiran  mereka”
“tapi nyol, bukan kah lebih baik orang tua dinda tau?”
“rini.. rini.. dia disini masih punya kita, selama kita masih mampu, kita lah yang menjaganya, dia tanggung jawab kita”
Hatiku terdetak mendengarkan itu semua, kini aku mengerti jiwa dan rasa kekeluargaan itu bukan hanya terjadi di dalam keluarga inti saja, tetapi di lingkungan luar juga harus ditanam rasa itu. Aku bahagia berada disini, dan aku telah menemukan keluarga baru ku di kos 321..
Lika liku anak kos
Tak terasa sudah hampir setahun aku disini, keadaan kos semakin akrab setelah kejadian dinda sakit di masa lampau. Tak terasa ini sudah awal bulan, saatnya ibu kos datang untuk menagih uang kos..
321.. “bangunnnnnnn… sudah awal bulan, waktunya bayar uang kos”
itulah teriakkan ibu kos, dan ini lah sejarahnya kosan ini di beri nama kos 321. Karna disetiap awal bulan, tepat jam 07.00 wib dalam hitungan mundur 321 terdengarlah suara ibu kos.
“uwaaaa.. mati aku rin?”
“kenapa nyol?”
“uang kos sudah ku telap?”
Telap adalah bahasa kota medan yang berarti uang tersebut sudah habis di pakainya untuk membelikan barang atau hal-hal yang berhubungan dengan itu semua.
“pakai uang ku saja dulu nyol”
“benarkah?”
“iya, aku masih ada sisa uang bulanan kok”
“terimakasih rini sayang”
“iya sama-sama”
“aaaaaaa ribut sekali suara madam ini?” (teriak weny)
hahaha.. itu lah panggilan kami kepada ibu kos, suaranya yang cempreng mampu mengalahkan suara weny yang sungguh cetar menggelegar..
“bangun..bangun… saatnya bayar uang kos!”
“aihh mak tang, ribut sekalinya suara ibu, macam lari sajalah aku dari kos-kosan ini”
“ah, jangan banyak omong, mana uang kos mu wen?”
“ini uang kos ku sama rira  bu, sudah lah hentikan suara teriakkanmu itu bu, mau pecah gendang telingaku”
“dasar anak jaman sekarang tak ada sopannya”
Satu demi persatu ia menggedor kmar kami untuk menagih uang kos, namun ada satu yang selalu telat membayar uang kos..
“aku minggu depan ya bu?”
“aih dinda.. selalu saja kau seperti ini, kau kemanakan lagi uang nya?”
“semalam uang kos nya ku belikan untuk membeli beberapa dvd korea yang terbaru bu, dan semuanya  original. Masih ada beberapa puluh dvd lagi yang belum ku tonton, jadi bersabarlah bu?”
“ahhhhh terserah kau lah”
Hahahah.. begitulah dinda, tak bisa melihat uang yang berlebih, selalu saja di belikannya untuk membeli dvd, poster, novel, dan semua yang berhubungan dengan korea pasti akan di belinya..
Asmara anak kos
Ngomongin soal asmara, anak kos 321 mempunyai kisah asmara yang unik dan berbeda-beda..
berawal dari yang lebih tua kak lewy, LDR membuatnya tak henti memegang handphond setiap saat..
“haloo mas, lagi ngapain?”
“bla..bla..bla….”
“hahaha.. masa sih mas?”
‘bla..bla..bla…”
“ih jahat deh”
bla..bla..bla..”
begitulah percintaan kak lewy setiap malam minggunya, jarak dari medan ke riau tak menggoyahkannya untuk terus melanjutkan hubungan yang telah ia bina dengan tunangannya mas yogi pratama..
next.. kak dita!
meskipun tomboy, namun setiap malam minggu ia selalu tampak feminim, 90 derajat berubah total dari biasanya..
“kak dita.. bang alam udah nunggu di depan tu”
“iya ra.. bilang sama dia tunggu sebentar”
begitulah kegiatan rutin kak dita, dinner setiap malam minggu bersama bang alam kekasih hatinya..
Dinda..
adik yang satu ini, selalu di depan laptop setiap malam minggu. Youtube kekasih sejatinya. Hampir setiap malam iya selalu melihat video-video suju alias SUPER JUNIOR idolanya..
“nanana sarangheo.. blalala…” ah entah apa lah yang ia ucapkan aku pun tidak mengerti. Jangan pernah menganggunya ketika ia sedang di depan laptop, krna kemungkinan besar centong nasi bisa melayang ke wajah kita.
Selanjutnya rira..
cewek pembersih harus di pasangkan dengan cowok pembersih juga bukan? Ya, ini lah rira yang sangat beruntung memiliki kekasih mahasiswa Kedokteran yang terbilang WOW! Setiap malam minggunya rira selalu di jemput dengan fortuner hitam yang dimiliki Ahmed Fahrezi. Nasibnya sungguh baik mempunyai pacar calon dokter, tajir dan ganteng.. *salut buat rira, hihihi…
“ahmed kok belum datang?”
“ke supermarket sebentar dia wen”
“beli detol?”
“iya.. antiseptic ku habis”
Yah.. maklum saja, sebelum makan mereka wajib memakai antiseptic, agar kuman-kuman di tangan mereka mati, walaupun memakai sendok dan garpu, sungguh pasangan yang higienis..
Lanjut ke fenyol..
hampir sama seperti dinda, setiap malam minggunya selalu di depan laptop, *ups.. bukan untuk melihat youtube korea seperti dinda, melainkan skype bersama kekasihnya yang jauh di kota NAD. “Ilham alkahfi”  dialah kekasih fenyol yang sedang melaksanakan pendidikan kepolisian di aceh. Dan jarak inilah yang membuat mereka selalu rutin untuk skype-skype an setiap malam minggunya..
“sayang..  kangen, ih kamunya tambah jeyek”
“gak papa deh, yang penting kamu nya makin cantik”
Huh.. sungguh membuat iri saja mereka !!
Selanjutnya wenny..
dari semua kisah percintaan yang ada di kos, dialah yang paling unik.  Kekasihnya Dian Ramadhan sangat tunduk padanya, bagaikan suami-suami takut isri, dian selalu menaati semua kemauan weny, sungguh luar biasa!
“pokoknya aku gak mau tau, malam ini kau ambilkan laundryan ku dulu baru kau ke kampus”
“tapi dosennya udah mau masuk sayang”
‘kalau gita kita putus saja, siapa suruh kau mengambil kuliah malam”
“iya sayang, aku ambilkan laundryan mu dulu”
Sungguh malang nasib dian, tapi beginilah cinta, ada-ada saja tingkahnya di setiap insan yang mempunyai rasa cinta di hati..
Yang terakhir Kak andien..
kekasih sejati dalam hidupnya hanyalah kamera..” no boy , yes camera” hahah itulah yang selalu iya katakan di setiap malam minggu.
“cekrak.. cekrek.. senyum dong rin”
“chirssssss”
Yah beginilah nasibku yang jomblo, selalu menjadi objek dari pemotretan kak andien, tapi aku bahagia dengan hidupku yang sekarang, meninggalnya kekasihku Arvi aldiansyah, ketika aku masih duduk di bangku SMA, Membuat ku trauma untuk menjalani percintaan kembali, tidak tau entah sampai kapan, namun aku masih bahagia dengan kehidupanku yang sekarang..
Hampir setiap malam minggu aku dan kak andien hunting di berbagai kota wisata yang terletak di medan. Salah satunya Berastagi, Perapat (danau toba), Si gura-gura dan masih banyak lagi. Bagi kami “single, very happy” hehehe..
Masa depan anak kos 321
Tak terasa ini titik akhir dari perjalananku dan mereka semua, hampir 4 tahun sudah aku berada di kota ini, kota yang mengajariku arti hidup, mandiri, dan rasa kekeluargaan. Kini tinggal aku, rira dan fenyol yang berjuang untuk meraih gelar S1 kami. Bersama-sama menyusun skripsi membuat kami menjadi semangat untuk menargetkan bulan oktober menjadi wisuda dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai kami harapkan..
“target kita bulan oktober menjadi seorang sarjana”
“amin nyol, itu yang ku harapkan..”
“kau balik ke Sumatra barat rin”
“sepertinya”
“aku pasti akan merindukanmu rin”
“pastinya nyol, aku juga pasti merindukanmu juga rira”
Keadaan kos menjadi sepi, setelah pernikahan kak lewy setahun yang lalu, ia memutuskan untuk mengangkatkan kakinya dari kosan ini, dan membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah bersama mas yogi, begitu pula kak dita.. yang telah menyusul kak lewy untuk  menikah dengan bang alam, dan hidup bahagia di kalimantan..
Satu persatu mereka meninggalkan kosan ini, begitu juga dengan weny. Setelah mendapat gelar Amd. Ia pun mendapat panggilan kerja di salah satu perusahaan swasta di daerah TAPSEL (tapanuli selatan). Sedangkan dinda, sekarang ia berada di negara tetangga, yaitu Malaysia. PKL(praktek kerja lapangan) yang ia lakukan di Malaysia, membuatnya menjadi kebanggaan dari pihak sekolahnya, prestasi yang ia capai dengan menciptakan kombinasi minuman antara ubi ungu dan lemon menjadikan minuman juice violet yang sangat nikmat. Prestasi tersebut mendapat sorotan tajam dari restoran tempat ia PKL, kini ia mendapatkan beasiswa di malaysia dan menjadi cheff termuda di malaysia. Sungguh baik nasibnya. Hal yang sama juga di rasakan oleh kak andien, hoby nya yang ingin sekali menjadi fotografer terkenal kini telah ia capai. Ia meninggalkan profesinya sebagai guru dan mengikuti pameran pemotretan. Sungguh mukzizat dari Tuhan, foto-fotonya banyak di minati oleh pengamat foto-foto yang sangat fanatic. Kini ia menjadi fotografer yang handal di Bali.
Kini hanya ada aku, fenyol, dan rira yang tersisa.. meskipun ada anak baru yang ngekos di kos 321, namun keadaannya tak seindah yang dulu, bahkan kami jarang untuk menegur sapa kepada mereka.
Waktu begitu cepat berlalu, dan waktu lah yang akan memisahkan kita semua, dan sekarang walaupun kita telah berbeda tempat, namun ingatlah kita pernah menjadi satu di kos 321..
                                                                                                                                   
                                                                        sekian