Jumat, 12 Agustus 2016

Kamu !!



#Satu...

Ada hal yang masih aku ingat dari hujan, ketika kamu berkata “aku suka sama hujan, karna hujan menahanku lebih lama disini untukmu”. Saat itu aku selalu menunggu hadirnya hujan, tak butuh suatu pelangi karna aku tak butuh pelangi baru jika pelangiku saja sudah cukup indah.
Sore itu keadaan berubah, ketika ia berusaha membuka topeng nya, merubah keadaan manis yang seketika menjadi pahit. Tak ada yang berubah dari kisah ini, hanya saja ia tak tahan lagi mengenakan topeng yang biasa ia pakai.
“sampai disinikah?’ tanya ku.
“seharusnya cerita ini tak ada sambungannya, mungkin sudah harus diakhiri setiap lembaran nya” jawab rey kepadaku.
“jika ada cerita baru yang lebih menarik, silahkan pergi aku tak akan menahanmu lebih lama disini, karna tak ada hujan di sore ini”
Rey melangkahkan kakinya, menuruni anak-anak tangga yang ada di sebelah kamar kosan ku menuju pintu gerbang keluar. Satu persatu air mata ku menetes, entah karna sakit yang dirasa ataupun karna kepergian yang tanpa ada penjelasan yang masuk akal. Sejak itu hari ku tak seindah kemarin, tawaku tak selepas di 10 menit awal sebelum iya mengakhiri cerita ini.
Seminggu awal aku tak baik, namun iya tampak sangat baik-baik saja, bahkan teramat baik dengan spesies lain yang berada di pelukannya. Wanita itu terlihat anggun, memakai baju berwarna kuning dengan wedges hitam yang iya kenakan. Iya melewatkanku ...
Hari terus berganti, namun masih kamu yang merusak segala aktivitas-aktivitas terbaikku. Cukup bodoh jika terus mengingatnya, tapi segala bentuk masukkan teman-temanku tak ada gunanya jika logika ku tertutup sangat kuat dengan perasaan yang masih mengarah kepadanya.
Semester genap telah usai, tak pantas jika fikiran ini merusak segala nya, bahkan nilai yang sangat buruk adalah penyebab dari faktor kehilangan semangat darinya, hahaha mungkin aku cukup bodoh, tapi ini kenyataan yang aku rasakan sejak kepergian nya, senangkah kau melihatku seperti ini?
Berbulan aku tak mendengar namamu, seperti di telan bumi aku tak menghawatirkan keadaanmu, bahagiakah kamu, sedihkah kamu, atau sudah makan atau belumkah kamu, itu bukan urusanku lagi. empat bulan tanpa nama nya, namun di bulan kelima ada saja yang membawa namamu kembali di telingaku, seperti pesan yang tak penting bagiku namun aku ingin mendengar kabar itu sampai habis.
“din, denger-denger mantanmu si rey ganti pasangan lagi?” sahut kiara, teman kampus ku namun juga teman SMA dari rey
“hm.. aku gak tau lagi tentang dia ra
“eh sory din, bukan maksud apa-apa loh, Cuma kemaren kita kan reunian SMA tu, dia bawa cewe lain lagi, dan itu bukan cewe yang hari itu kita liat di tempat makan biasa”
“mungkin cerita dia juga udah usai dengan wanita yang kita lihat kemarin, makanya dia ingin nulis baru dengan wanita yang kemarin dia bawa di reunian kalian ra” aku membereskan buku-buku ku dan segera meninggalkan kiara dari perpustakaan.
Aku melihat twitter, serta akun instagramnya, namun sama sekali tak ada informasi apapun yang aku dapatkan. Masih saja aku ingin mencari tau tentangnya. Bodoh!!!
Genap satu tahun, nama itu masih melekat di fikiranku. Dan iya kembali dengan alasan menanyakan kabarku, melalui pesan sigkatnya.
“gimana kabarnya din?”
“cukup baik dari setahun yang lalu”
“selama setahun, udah berapa cerita baru yang kamu tulis”
“masih satu cerita, dan itu cerita lalu yang belum sempat aku tamatkan, lantas sudah berapa cerita baru yang kamu tulis setelah kamu tutup lembaran cerita dengan ku?”
“banyak cerita yang aku tulis, tapi setelah aku baca kembali cerita itu tak semenarik saat aku menulis tentangmu”
“terus, apa yang bisa aku bantu dari cerita baru mu?”
“bantu aku untuk menulis ulang tentang kita, sehingga ceritaku semenarik dulu”
“aku bisa saja membantumu untuk membuat cerita yang semenarik dulu, tapi dalam ceritaku kamu sudah tidak menarik untuk aku tulis kembali”
Aku meletakkan handphoneku, satu menit kemudian handphone ku berbunyi kembali, aku hanya menatap layar ponselku, dan segera menutup mataku, berharap esok tak lagi ku lihat dia bergentayangan di hidupku.
***

#Dua
The power of  Tasya,Seno...


Pagi itu seperti tak ada gairah dalam hidupku, tak ada secangkir kopi hangat dan tak ada suara kicauan indah di pagi ini, aku  terdiam dibalik selimut dalam tatapan yang kosong. Pukul 13:00 keadaan tetap sama, tak ada yang berubah hanya saja matahari lebih menunjukkan silaunya yang teramat menyengat.
Terdengar pintu kamar beberapa kali diketuk, seperti enggan melangkahkan kaki, namun aku membukanya dengan keadaan yang sangat kusam, terlihat tasya salah satu sahabat terbaikku berdiri di hadapanku, spontan aku memeluknya tanpa suara, sangat hening dan teramat nyaman.
“enggak ada yang perlu di ceritain din, aku udah dengar semuanya dari seno”
“sore itu kacau ta, dia pergi gitu aja tanpa alasan yang jelas, aku fikir aku bisa nenangin diri sendiri tapi nyatanya aku terus-terusan kepikiran dia, malamnya aku ke kontrakanmu tapi keadaan rumah sepi, sampek akhirnya aku nelfon seno”
“sorry din, aku gak bilang sama kalian kalau aku udah empat hari dirumah sakit, adiknya mas ardit di rawat dirumah sakit, jadi aku yang nemenin dia disana din. Maaf juga aku gak ada buat lu”
“nyantai aja ta, semoga cepat sembuh buat adiknya mas ardit”
Pukul 17:00 seno datang, keadaan semakin membaik. Kita bertiga menghabiskan waktu bersama-sama hingga larut malam. Aku sangat beruntung memiliki mereka di hidupku. Entah sampai kapan, tapi aku tak ingin mengakhiri persahabatan ini dengan mereka.
“kita udah muter-muter, udah makan, udah nonton juga , dan sekarang kita kemana lagi ni?” tanya seno ke aku dan tasya
“sampai pagi ni no?”
“hahaha kita ladenin deh yang lagi galau, ya gak ta?”
“bebas, sampai seminggu juga oke-oke aja sih”
“hahaha anjrit, terus gak nemenin adik ipar di rumah sakit lagi tu? Hahaha” ledekku kepada tasya
“emang arya sakit ta?” tanya seno
“iya nih, udah empat hari aku nungguin disana, di hari kelima cabut deh ada orang yang lebih ngebutuhin aku no” tasya tersenyum ngeledek menatap kearahku
“hahahaha, soFuckingSweet taa, iya kali dia malam-malam nelfon aku, nangis-nangis drama gitu, senooo aku kacau, aku galau, aku hamil, eh”
“anjrit lu no, parah ih”
“hahaha udah deh no, jangan di ledek terus sensitif banget ni kalau yang baru-baru putus” sahut tasya
Malam itu keadaan berubah, ada sedikit canda dan tawa . Namun tepat pukul 23:56 handphoneku kembali berdering. Rey kembali menghubungiku.
“siapa din, kok gak diangkat sih” sahut tasya
“rey....”
Seketika keadaan menjadi tegang, tasya merampas handphone di genggamanku, mematikan panggilan masuk darinya.
“kayaknya lu ganti nomor aja deh din” sahut tasya
“iya din, kalau perlu ganti aja handphone nya sekalian” canda seno
“njir, lagi gak tepat buat becanda”
Aku tersenyum melihat tasya dan seno berdebat kecil seperti ini. Aku tak memikirkan rey yang terus-terusan menghubungiku, hari ini hanya ada ucapan terimakasih untuk kedua sahabat terbaikku yang telah membuat hari ini lebih berwarna.
“udah sampai ni ta, turun gih?”
“ih anjay, sombong banget lu mentang-mentang mobil baru, cicilan juga belum lunas”
“hahahaha, mampus lu no rasaian tu omelan tasya, eh ta aku nginap sini ya? Lagi gak asik di kos sendiri” sahut ku kepada tasya
“aaaaa dengan senang hati myswetypai”
Seno segera pamit pulang, dan malam ini aku putuskan untuk lebih lama bersama tasya. Mungkin disini tempat yang paling nyaman buat bisa ngelupain rey selamanya..
***

#Tiga
Happy birthday Seno..

            pagi ini tepat tanggal 25 Mei seno berulang tahun yang kesekian kalinya, sepulang dari kampus aku segera mengunjungi tempat makan yang sudah disepakati oleh aku dan tasya. Aku segera menuju lokasi dimana tasya sudah menunggu dari 20 menit sebelumnya. sesampai disana rencana awal berhasil, 5 menit kemudian tampak seorang gadis memakai baju berwarna abu-abu menghampiri aku dan tasya. Namanya Naya anak semester 6 yang sering banget di ajak jalan sama seno tapi sampai sekarang cuma bisa jalan ditempat.
            Rencana kedua sudah di susun rapi, tasya menghubungi valdo salah satu patrner yang ngisi siaran radio bareng seno malam ini, kita ngerencanain kalo malam ini bakal ada bintang tamu yang bakal promoin lagunya untuk di siarin ke para pendengar setia 107.3 FM, dan valdo bisa diajak untuk kerja sama malam ini serta pihak radio yang bersangkutan.
            Tepat pukul 17:00 aku, tasya dan Naya segera menuju toko Bakery yang letaknya lumayan jauh dari posisi tempat kami makan , sesampainya disana aku dan naya segera turun untuk mengambil pesanan kue yang sudah dipesan dari beberapa hari sebelumnya. naya langsung menghampiri pegawai toko, aku duduk di sebuah kursi menghadap ke arah kanan kaca toko, aku melihat sosok pria  berdiri dengan raut wajah kebingungan, salah satu pegawai toko menghampirinya dan terlihat ada percakapan serius disana
            “yuk kak” sahut Naya. Pandangan ku segera terlepas dari sosok pria tersebut, perjalanan kami berlanjut menuju lokasi.
            “kita sholat di mesjid simpang lampu merah aja ya din” tanya tasya
            “oh, yang sebelum kampus STMIK ya”
            “yuhui”
Kita berhenti disalah satu mesjid yang lokasinya tidak teralalu jauh dari tempat kerjanya seno, aku dan tasya segera turun, sedangkan Naya stay di mobil yang kebetulan lagi kedatangan tamu. Tepat pukul 18:56 aku dan tasya keluar dari mesjid. Aku melihat sosok pria di toko tadi yang tersenyum ke arah aku dan tasya.
            “Tasya?” sahut pria berkacamata kulit sawoh matang tersebut.
            “hey mas Tama?” mereka berjabat tangan, berbiraca seakan-akan mereka sudag mengenal lama sebelumnya.
            “eh iya mas kenalin ini sahabat tasya, dini. Din, kenalin ini mas Tama sepupunya mas Ardit dari Yogyakarta”
            Malam itu, perkenalan ku dengan mas Tama dimulai.
Pukul 20:15 aku, tasya dan Naya sampai di tempat tujuan. Disana terlihat valdo yang sudah lama menunggu, valdo segera masuk ke ruang studio dan membuka siaran malam ini bersama seno. Terlihat raut wajah seno yang kebingungan melihat bintang tamu yang dijanjikan ternyata aku tasya dan naya. Surprise kali ini berhasil untuk kesekian kalinya.
***



#Empat
Mas Tama

            Dua minggu dari perkenalan itu, mas tama menghubungiku melalui chat di whatsup. Perkenalan itu berkelanjutan. Kehadiran mas tama disini sudah hampir sebulan dikarenakan Arya yang masih di rawat di rumah sakit dan bisnis usaha yang akan di buat oleh mas tama dan mas ardit disini. Percakapan aku dan mas tama sudah semakin panjang. Banyak hal yang kita sharing sampai mas tama juga sedikit membantu penelitian skripsi yang aku kerjakan.
            Hari ini aku dan seno datang kerumah sakit untuk menjenguk arya yang belum juga sehat dari sakitnya. Disana terlihat beberapa keluarga mas ardit yang menemani arya, tampak wajah kesedihan yang di rasakan keluarga mas ardit.
            “semoga arya lekas sembuh yan om”
            “terimakasih banyak nak dini, kamu dengan siapa kesini?”
            “sama seno om, oh ya tasya belum ada kesini ya om.”
            “tasya lagi keluar tadi sama mas ardit, menjemput keluarga nya mas tama yang datang dari jogja”
            Percakapan aku dan ayah mas arditpun terhenti setelah kehadiran tasya, mas ardit dan ibunda dari mas tama. Tak lama kemudian mas tama menyusul dari belakang dengan membawa bingkisan dari jogja untuk arya yang sedang berbaring sakit.
            Untuk pertama kalinya aku langsung berkenalan dengan bunda mas tama, keadaan semakin canggung saat mas ardit mulai membicarakan masalah kedekatan ku dengan mas tama kepada keluarga besarnya. Aku hanya tersipu malu dan tak ada percakapan apa pun yang aku keluarkan dari mulutku, hanya terdiam duduk manis di samping tasya yang terus-terusan ikut mengolok-olokan ku.
            Pukul empat sore, aku dan seno pamit untuk pulang, sedangkan tasya tetap tinggal disana untuk menemani mamanya mas ardit.
            “langsung pulang din?” sahut mas tama
            “iya mas, udah sore juga”
            “mau diantar pulang gak?”
            “gak usah mas, aku sama seno aja”
            “eh din, lu sama mas tama aja ya, soalnya aku udah ada janji ni sama Naya” tiba-tiba seno mulai mengeluarkan beberapa alasan agar aku di antar pulang oleh mas tama
            “nookkk? Gak bisa gitu dong”
            “hmm yauda din, gak masalah kok biar mas aja yang antar kamu pulang”
            “titip dini ya mas” seno tertawa kecil dan segera meninggalkan rumah sakit
            Keadaan menjadi canggung, suhu mobil mas tama seketika menjadi panas, jantung ku seakan-akan berdetak sangat kencang tak seperti biasanya.
            “kok cemas gitu sih din?”
            “ha? Enggak kok mas”
            Mas tama memulai percakapan ringan denganku, banyak hal yang kita bicarakan sampai berlanjut untuk sebentar makan di tempat makan. Percakapan aku dan mas tama semakin panjang hingga aku mulai terbuka dengan nya. Pengalaman nya yang sangat menarik di tempat ia kuliah membuatku tak berhenti untuk tertawa.
            “hahaha, serius mas minum kopinya dosen pembimbing mas”
            “iya sih, sangking mas udah kelamaan revisi di ruangan dia, yah mas lupa terus kebablasan minum kopi yang ada di meja kerjanya”
            “hahaha terus? Reaksi dosen pembimbing mas gimana?”
            “ya mas langsung sadar, tanpa ada percakapan dia nutup proposal mas dan mas langsung gerak keluar dari ruangan nya”
            “hahaha”  aku sama sekali tidak bisa berhenti tertawa mendengar semua cerita-cerita mas tama, hinga tak sadar hari hari sudah larut malam. Mas tama mengantarku pulang, dan hari ini menjadi hari yang sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya

***
           

#Lima
Percakapan dengan Naya

            Kedekatan ku dengan mas tama sudah semakin jauh, sampai udah beberapakali ia menjemputku sepulang dari kampus, menemaninya mengurus usaha yang akan dia buat, dan aku sudah semakin dekat dengan ibunda mas tama.
            Perasaan yang sudah lama tak ku rasakan kini ku rasakan kembali, ada hal yang gak bisa aku jelasin saat aku berada di dekat mas tama. Sore ini sepulang dari rumah sakit aku menghabiskan banyak waktu dengan tasya. tasya yang begitu bersemangat atas kedekatan ku dengan mas tama seolah-olah mendoktrin ku untuk meresmikan kedekan antara aku dan mas tama.
            “ta ngomong-ngomong seno kok jarang nampak sih?”
            “sibuk sama naya kali”
            “hahaha, aku heran banget deh sama seno apalagi sih yang dia tunggu kasian tu naya di PHPin terus”
            “biasa deh seno aja jangan heran, pergerakan dia kan emang lamban dari segala hal, apalagi masalah cewe, ya gak?”
            “hahaha jahat banget lu ta”.
            Sore itu langit tampak gelap, hujan begitu deras. Aku dan tasya terjebak hujan di salah satu toko buku yang kami kunjungi. Hampir dua jam aku dan tasya berada disini sampai akhirnya mas ardit menjemput aku dan tasya. percakapan kita pun berlanjut di dalam mobil.
            “haha udah deh yang jangan diledekin terus, malu tu si dinot” sahut tasya
            “iya ni mas ardit, apaan sih” aku tersipu malu dalam percakapan itu. Sampai akhirnya aku sampai di depan kontrakan.
            “makasih banyak ya mas, eh duluan ya ta”
            Aku merebahkan badan ku di kasur, percikan hujan masih terdengar melalui jendela kamarku. Ku ambil handphone yang berada di dalam tas, tampak beberapa chat dari mas tama yang belum ku baca, beberapa panggilan dari seno. Aku segera bangkit dari tidur ku, mencoba menghubungi seno kembali, namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Aku segera keluar dan membuka pintu. Naya yang tampak berdiri disana dengan keadaan baju yang sedikit basah langsung memelukku.
            “sebenarnya ada apa nay?” aku memberikan teh panas untuknya. beberapa menit aku menunggu naya untu bercerita, hingga akhirnya ia memulai percakapannya.
           
#ceritabersambung













Tidak ada komentar:

Posting Komentar